Belajar dari HAMKA

Oleh : Agus Hari

                Di tengah berbagai upaya banyak orang untuk meraih gelar Doktor, kemudian berjuang menjadi seorang profesor, saya tenggelam dalam berbagai diskusi mengenai layak tidaknya seseorang meraih gelar tersebut. Tapi, bukan diskusi mengenai layak dan tidak yang ingin saya suguhkan dalam tulisan ini karena bagi saya siapapun yang meraih gelar tersebut mereka adalah layak. Kalau dianggap tidak layak di sebagian manusia lain, saya yakin ada sebagian manusia lain yang menganggapnya layak.

 

Soal membuat layak dan tidak, kita patut belajar dari HAMKA. Hamka yang memiliki nama lengkap Haji Abdul Malik Karim Amrullah adalah hanya seorang lulusan SD kelas tiga, tetapi kemudian ia bisa mendapatkan gelar profesor doktor. Aneh ya, hanya lulusan SD tapi gelarnya Prof.Dr?

 

Hamka sempat mengikuti sekolah resmi sampai kelas tiga saja. Setelah itu, ia habiskan waktunya untuk belajar agama di rumah bersama Ayahnya. Dari sanalah kemudian muncul keinginan belajar yang menggebu – gebu.

 

Setiap kali ayahnya berbincang dengan para tokoh pergerakan mengenai politik, Hamka selalu mendengarkan dan tertarik. Ia menjadi seorang anak kecil yang lambat laun memahami politik Indonesia.

 

Keinginannya belajar membuatnya merantau ke Yogyakarta. Dia sendiri dari Minang. Ia merantau ke Yogyakarta pada usia 16 tahun untuk berguru pada HOS Cokroaminoto dkk, kemudian usia 17 tahun pun merantau lagi ke Pekalongan untuk berguru pada Ar Sutan mansur.

 

Umur 19 tahun ia pergi haji. Ia tidak hanya pergi untuk haji, tapi belajar agama pada tokoh – tokoh agama di Arab.Dan inilah awal yang membuatnya makin cinta dan yakin pada agamanya. Maka, yang dilakukan kemudian adalah aktif di Muhammadiyah.

 

Usia 28 tahun, ia mulai untuk menulis berbagai buku. Total buku yang telah ditulisnya adalah 118 buku. Usia 41 tahun mulai mengajar di berbagai perguruan tinggi di Jakarta. Ia diundang sebagai guru tamu karena  keluasan pemikirannya. Bahkan, ia juga mengajar di Amerika (beberapa kali), Pakistan dan Mesir. Di Mesir inilah ia mendapatkan gelar Mahaguru Luar bIasa (Prof.Dr) dari Universitas Al Azhar yang terkenal itu. Tidak lama setelah itu, Universitas Kebangsaan Malaysia pun melakukan hal yang sama. Universitas tersebut memberikan gelar yang sama kepada Hamka.

 

Demikian sekelumit kisah Hamka. Jalan yang ditempuhnya menjadi seorang Profesor menurut saya adalah jalan yang patut ditiru. (agushari)

Leave a comment