Archive | December 2016

Everything is Not Enough

PERSAINGAN di dunia mengenai soal apa pun semakin tinggi, sehingga Jose Mourinho mengatakan: “Everything isn’t enough―you need sacrifice!”.

Memberikan segalanya tidak cukup―kunci lainnya adalah pengorbanan, yang seringkali berarti menahan penderitaan. Mungkin ini saatnya berhenti berleha-leha dan mengorbankan apa yang saya bisa.

_______________________________

Instagram/ Twitter: @AriefBakhtiarD

Good Planner

DALAM tulisan pertama saya di blog ini, saya pernah menceritakan mengenai presentasi simpel 5-15 menit dari Steven Jobs.

Yang menarik dari situ, seorang mantan karyawan Apple mengatakan, Jobs melatih presentasi durasi lima menit itu dalam ratusan jam! Salah menganggap Jobs sebagai presenter alami yang kharismatik. Jobs adalah perencana yang baik dan selalu ingin meraih kesempurnaan.

Profesor Psikilogi Dr. K. Anders Ericsson mengatakan, kemampuan seperti yang dimiliki Jobs bukan dimiliki oleh “orang yang melakukan hal yang sama berulang-ulang dan berharap akan jadi lebih baik”, melainkan perencana yang benar-benar baik, yang melatih kemampuannya berulang-ulang selama bertahun-tahun.

Dalam buku Outliers, Malcolm Gladwell menyebutkan angka 10.000 jam atau kurang lebih 10 tahun latihan untuk jadi seorang ahli di bidang apapun. The Beatles dan Steven Jobs adalah dua contoh yang tepat. Sebelum mereka terkenal, Steven Jobs menempuh 10.000 lebih dalam mengutak-atik komputer dan The Beatles selama tiga tahun tiap malam main musik di sebuah kafe di Hamburg.

Jadi, apapun cita-cita kita, perhatikan apakah kita sudah merencanakan semua latihan dengan baik untuk menuju hasil yang sempurna. Kita bicara masalah proses. Saya sendiri sering geli kalau baca-baca lagi cerpen atau tulisan akademis di awal-awal kuliah dulu. Saya sadar, sampai sekarang pun saya belum punya angka 10.000 jam menulis. Tapi saya yakin suatu saat semuanya akan menjadi lebih baik, lebih pakar.

________________________________

Instagram/ Twitter: @AriefBakhtiarD

#HolyMotherGA

holy-motherHAMPIR setiap orang di kota, atau agak kota, di awal tahun yang baru, memikirkan sederet resolusi. Dan setiap orang berusaha berdiri di bawah bendera resolusi itusaya mengutak-atik judul buku kumpulan pidato Bung Karno. Di antara bendera-bendera Tahun Baru yang terkenal adalah kalimat “New Year, new you”. Kalimat itu dikibarkan, ditiupkan berulang-ulang, dan sebenarnya, mustahil: si A tidak akan begitu saja menjadi orang berbeda pada 1 Januari 2017 ketimbang si A pada 31 Desember 2016.

Dari situ kita bisa mengerti: sederet resolusi Tahun Baru kadang hanya bunga kata-kata. Jessica Lamb-Shapiro bahkan menulis artikel yang diberi judul New Year’s Resolutions Are Bad for You di majalah TIME tanggal 30 Desember 2013. Dalam tulisan itu Lamb-Shapiro merujuk statistik di Amerika: hanya 8 persen yang membuat resolusi Tahun Baru tetap berjalan di bawah bendera resolusi. Beberapa lupa setelah seminggu. Sebabnya, resolusi yang dibuat tidak realistis.

Solusi dari Lamb-Shapiro: daripada menulis “berat badan berkurang” dalam daftar resolusi, pikirkan langkah-langkah kecil yang bisa dilakukan, target-target sederhana yang dipraktekkan setiap hari, yang bisa menghasilkan hal itu. Fokusnya pada tindakan atau aksi. Ini seperti kembali pada kebiasaan orang-orang Babilonia: pada zaman dulu orang berjanji pada Tuhan bahwa untuk Tahun Baru ini mereka akan mengembalikan alat-alat pertanian yang mereka pinjam.

***

Kenapa kita menyinggung resolusi Tahun Baru? Sebab syarat #HolyMotherGA kali ini berkaitan dengan resolusi Tahun Baru. Syarat selengkapnya bisa dibaca di bawah ini:

1. Berdomisili di Jawa dan Sumatra.

2. Follow akun Twitter @podjokringin.

3. Bagikan info giveaway ini di Twitter dengan tagar #HolyMotherGA, #podjokringin, dan tag akun @podjokringin.

4. Menjawab pertanyaan: “Apa resolusi hidupmu untuk tahun 2017?”.

5. Tulis jawaban singkat dan menarik melalui komentar di bawah postingan ini (sertakan nama lengkap dan akun Twittermu di sana).

6. Giveaway berlangsung selama 20 Desember-27 Desember  2016. Pengumuman pemenang pada 31 Desember 2016 di akun Twitter & blog Podjokringin.

***

Mudah-mudahan #HolyMotherGA ini membuatmu semakin bersemangat untuk menjalani hari-hari terakhir di tahun 2016, dan membantumu bersiap menghadapi tahun yang baru. Semangat mencoba! Semoga beruntung, Kawan!

Draw A Hero from Comics

DUNIA yang lama saya tinggalkan adalah menggambar. Setelahnya, kerajinan tulis-menulis.

Tulisan tangan saya lumayan. Cewek-cewek di sekolah menengah atas dulu menganggap tulisan saya bagus. Memang ukuran hurufnya agak kecil, tapi rapi. Kata sebuah tafsiran, corak tulisan seperti itu menggambarkan orang yang fokus. Tapi seiring berjalannya waktu, karena terbiasa menggunakan laptop, tulisan saya sekarang lebih mirip ceker ayam.

Tulisan saya yang cukup rapi (perlu ditegaskan: dulu) rupanya berjalan seiringan dengan kenikmatan saya dalam menggambar tokoh komik. Sewaktu di sekolah menengah pertama, saya rajin menggambar tokoh dalam komik. Kebetulan di depan sekolah ada tempat persewaan komik. Yang sering saya pinjam untuk digambar antara lain Hoshin Engi dan Rave Master. Komik pinjaman dari saudara sepupu yang akhirnya diberikan ke saya juga untuk keperluan gores-menggores pensil: Shoot pose seseorang menendang bola adalah pose terfavorit. Bahkan saya pernah beli komik hanya untuk mencari adegan-adegan atau pose yang keren untuk digambar. Komik-komik golongan ini adalah The King of Bandit, Kamikaze, D.N. Angel, One Piece, dan Samurai Deeper Kyo.

Tapi saya cuma menggambar dan mengarsir dalam hitam-putih. Inilah kekurangan saya dari dulu, tidak bisa mewarnai. Kini, saya rindu sekali bisa menggambar tangan, seperti teman-teman saya Pramistha Xisara, Septiana Budyastuti, Maima Adiputri, atau Maiza Ash-Shafikh. Mau menggores saja berat. Mungkin sel-sel menggambar dalam otak saya telah padam.

Seiring dengan itu, tulisan tangan saya tidak lagi rapi, bahkan kadang sulit dibaca. Cukup menyedihkan.

________________________________

Instagram/ Twitter: @AriefBakhtiarD

Build Confidence

PELAJARAN tentang percaya diri yang saya ingat adalah ceramah motivasi dari Ust. Fadli Reza.

Suatu hari, semasa masih awal kuliah dan menjalani hidup sulit anak rantau, Fadli muda diajak kawannya pergi makan ke KFC, ditraktir. Waktu itu KFC termasuk tempat makan mewah, dengan desain yang menarik, lantai yang bersih, dan kaca yang bening. Biasanya orang-orang kaya dan keluarganya gemar makan di sana.

Baru sampai di pintu masuk, kaki Fadli muda bergetar gugup. Pertama kalinya dia, orang kere, akan makan di KFC. Temannya, yang tahu benar hal itu, membiarkan saja. Dia tak mau memesankan menu Fadli muda.

Pesan saja, langsung tanya saja sendiri,” katanya kepada Fadli muda.

Gimana tanyanya?”

Ya ampun, tinggal tanya.”

Dengan gugup Fadli muda memesan menu.

Setelah duduk, temannya yang menraktir Fadli muda memberi nasehat. Kira-kira begini, “Ngapain gugup? Memangnya ada yang ngeliatin kamu? GR amat.”

Peristiwa itu melekat di hati saya karena rasanya riil, tak mengada-ada. Dalam beberapa kesempatan di depan umum, ketika kita kurang percaya diri dengan penampilan, kita tinggal berpikir saja, “Memangnya ada yang memperhatikan kita?”

Kita jawab sendiri: tidak ada.

________________________________

Instagram/ Twitter: @AriefBakhtiarD

Pengumuman #RumahKertasGA

Berdasarkan suara terbanyak pilihan para admin Podjok Ringin yang mengadakan pertemuan di Mr. Robak, pemenang #RumahKertasGA adalah Eni Lestari yang menggunakan akun Twitter @dust_pain.

photo

Podjok Ringin mengucapkan selamat kepada Eni Lestari (@dust_pain) yang beruntung mendapatkan #RumahKertasGA. Dengan demikian, rekomendasi buku #HolyMotherGA akan menjadi “giveaway” berikutnya. Kepada pemenang silahkan DM Twitter @podjokringin.

Untuk kawan-kawan yang lain, masih ada kesempatan! Pantau terus Twitter @podjokringin dan blog Podjok Ringin untuk #HolyMotherGA di akhir Desember. Siapa tahu #HolyMotherGA jadi buku pertama yang kamu baca di tahun yang baru!